Tuesday, September 27, 2016

DOWNSIZING MY WARDROBE #2 + LESSON LEARNED

Ternyata memilah-milah pakaian yang mana yang mau disimpan dan mana yang ingin dikeluarkan dari rumah, berlanjut hingga hari ini. Saya ingin sekali memiliki barang-barang yang memang mencerminkan diri saya di rumah, bukan hanya sekedar barang yang terlalu sayang dibuang yang sebenarnya bahkan bukan 'Andra' banget.

Setelah baca blognya Cait Flanders yang bercerita perubahan hidupnya dari penuh hutang hingga akhirnya bisa menghargai hidup yang lebih mindful dan sederhana, saya langsung beberes barang-barang saya yang tersisa dari jaman sebelum menikah hingga sebelum punya anak. Memang Alam Semesta mendukung, tiba-tiba saya ditawari untuk titip jual baju-baju saya di Tinkerlust (baju-baju preloved saya akan di update setiap minggu, jadi tungguin ya!).

Tumpukan baju yang berhasil dikeluarkan dari rumah saya.


Tinkerlust adalah marketplace untuk barang-barang pre-loved yang stylish, siapa pun boleh ikutan titip jual lho!

Selama 2-3 hari setelah penawaran tersebut datang, saya langsung ngeluarin baju-baju yang kondisinya masih sangat bagus untuk dijual lagi di Tinkerlust. Alhasil, ada sekitar 40-50 baju yang nantinya akan dijual! Sisa baju-baju lainnya, saya pisahkan di kantong lain untuk disumbangkan dan diberikan untuk asisten rumah tangga keluarga saya.

Read more: Becoming Minimalist

Yang namanya lega tuh, LEGA BANGET! Ternyata memiliki too much stuff memang bisa memicu stres, udah gitu rumah jadi numpuk berantakan karena terlalu sayang dengan barang-barang tersebut.

Saya sering sekali pergi ke acara-acara mengenakan outerwear dari ATS The Label ini.


Selama empat bulan terakhir menerapkan minimalist wardrobe, banyak hal-hal yang saya pelajari:
  • Hemat waktu, karena waktu untuk menentukan pilihan pakaian setiap pagi jadi semakin singkat.
  • Saya suka sekali dengan koleksi pakaian saya. Walaupun sekilas pakaian yang saya miliki hanya itu-itu saja, tapi saya sangat menyukainya. Semuanya menggambarkan kepribadian dan gaya sehari-hari saya.
  • Kamar lebih rapih. Hingga saat ini saya belum memiliki lemari pakaian, jadi pakaian saya hanya digantung di rak (untuk baju pergi) dan pakaian untuk tidur dan olahraga disimpan di satu laci berukuran sedang.
  • Bukan hanya hemat waktu dalam memilih 'pakai baju apa ya hari ini?', tapi saya juga menghemat waktu bersih-bersih.
  • Rumah lebih rapi, hati juga lebih lega dan bahagia.
  • Saya jadi lebih kreatif untuk mix and match dengan pakaian maupun aksesoris-aksesoris yang saya miliki.
  • Keinginan untuk berbelanja sudah mulai berkurang, JAUH!
  • Saat ingin sekali berbelanja, saya melakukan dua hal. Pertama, saya tetap membuka-buka online shop favorit hanya sekedar cuci mata. Kedua, saya mengalihkan atensi pada hal-hal lain, seperti beraktifitas, berolahraga, masak, membuat teh, membaca buku, bahkan memesan terapis pijat.
  • Saya lebih fokus dan lebih mindful dalam melakukan sesuatu. Hal-halnya yang sifatnya materi mulai pudar, sehingga saya lebih fokus pada hal-hal yang sifatnya lebih ke pengalaman.

Saya berencana untuk decluttering atau beres-beres lagi dalam waktu 1-2 bulan ke depan. Ingin sekali rasanya melihat isi rumah yang barang-barangnya sangat mencerminkan saya dan keluarga kecil saya.

Sejauh ini, paling susah saat mengeluarkan sepatu-sepatu karena saya cukup susah mendapatkan sepatu yang sangat nyaman. Sisanya cukup mudah untuk dikeluarkan dari rumah hehehe. Bagaimana dengan teman-teman lainnya? Sudah berhasil downsizing belum? :)

Read more: Downsizing My Wardrobe

 photo 2016_new-sign_zpsmxppxjue.jpg

Friday, September 23, 2016

WEEKLY JOURNAL #18 - IDEAFEST (SHIFT) THINK

Rasanya senang sekali bisa sharing di Ideafest 2016 bersama Mbak Dien Tirto Buwono (Co-founder dari AVENU) sebagai moderator dan dua narasumber lainnya yaitu Tara Amelz dan Jenahara. Ini adalah Ideafest pertama saya, pengalaman yang baru dan sangat menyenangkan! Plus, bisa ditemani suami, anak, mertua saya. Kebetulan ibu saya lagi kurang sehat jadi nggak bisa hadir untuk menemani.

Di acara Ideafest kemarin kami membahas topik Content Creators Confessions: The Good, The Bad & The Money. Awal mulanya kami diminta untuk berbagi cerita soal background kami masing-masing, saya dari sisi fotografi, Tara yang pernah bekerja di majalah dan Jehan yang memang berkembang di fashion industry.



Pembicaraan mulai seru saat Mbak Dien memancing kami untuk bercerita soal apa yang orang lihat di luar sana versus kehidupan nyata. Seperti pikiran orang tentang betapa enaknya jadi content creators karena kebanyakan dari kami selalu mendapatkan barang gratis, kemana-mana disponsorin dan selalu terlihat 'cantik' di sosial media.

Banyak orang yang di luar sana belum mengetahui suka duka menjadi content creators dan apa saja yang terjadi dalam pekerjaan kami sebenarnya.

Foto bareng dulu sama Diana, karena jarang ketemu hihihi.

Selama sesi talkshow, Aura sibuk main dengan barang-barang yang ada di atas meja.


Tara bercerita soal proses kreatif yang harus ia lakukan dalam membuat konten kreatif dan apa saja platform media sosial yang ia gunakan, sedangkan Jehan curhat soal betapa banyak waktu, energi dan konsistensi yang dikeluarkan untuk tetap konsisten membuat konten. Saya sendiri bercerita betapa sulitnya membagi waktu antara bekerja kreatif dan mengurus anak, padahal pekerjaan content creator perlu dedikasi yang sangat tinggi dan passion yang dalam.


Kedengarannya simpel ya?

Tapi semuanya jauh dari simpel, perlu konsistensi, kerja keras dan waktu untuk menjalankan semuanya. Sebenarnya masih banyak yang ingin saya bocorin di sesi kemarin, tapi karena keterbatasan waktu jadi nggak semuanya bisa diceritakan hihihi.

Senang sekali bisa jadi bagian dari Ideafest tahun ini, semoga tahun depan bisa mengikuti sesi-sesi teman-teman yang berpartisipasi. Soalnya kemarin nggak sempat nonton siapa-siapa karena sibuk nemenin Aura Suri yang baru bisa jalan hihihi. Thanks for reading!

Watch more: #JurnalAbenkAlter - Ideafest

 photo 2016_new-sign_zpsmxppxjue.jpg

CERITA SORE #9

Saya baru sadar akan satu hal. Untuk menjalani hidup yang bahagia dan penuh rasa syukur, dibutuhkan perjuangan dan perjalanan yang luar biasa.

Mungkin, kita pada dasarnya adalah orang yang positif dan bahagia. Tapi tanpa dukungan dari orang dan lingkungan sekitar, energi yang positif juga bisa redup perlahan-lahan. Atau bahkan musnah.

Saya juga sama saja dengan orang-orang lain di luar sana. Punya hari yang buruk, terkadang harus terpaksa mengerjakan proyek yang tidak saya sukai, terkadang kalau dapat rejeki lupa bersyukur, terkadang mudah sekali mengeluh akan suatu hal, dan masih banyak lagi. Saya juga bukan manusia yang sempurna. Bahkan, jauh sekali dari sempurna. Saya juga masih sering mengeluhkan satu dan lain hal, ngedumel nggak jelas, menangis hanya karena keinginan saya tidak dituruti.

Tapi itu yang membuat saya banyak belajar tentang kehidupan.

..dan semua itu adalah proses pembelajaran.

Terima kasih Alam Semesta, karena selalu mengingatkan saya untuk belajar, belajar dan belajar lagi untuk menjadi lebih baik.

*Menyaksikan sendiri Aura dan Sada belajar merangkak, berdiri, berjalan, berkomunikasi, dll, mengingatkan saya bahwa kita (orang dewasa) juga belajar sesuatu yang baru setiap harinya.

 photo 2016_new-sign_zpsmxppxjue.jpg

Thursday, September 22, 2016

FLEUR PINK

Walaupun dari kecil saya suka sekali warna pink, tapi saat ini saya nggak punya pakaian warna pink! Hihihi. Begitu diundang ke acara anniversary Benscrub yang kedua dan diminta untuk wear something pink, saya langsung mencari pakaian aksesoris berwarna pink di rumah. Hasilnya? Nihil.

Tadinya saya mau pinjam baju sahabat saya, Anya, kami memang sering sekali pinjam-pinjam baju supaya nggak bosan. Satu hari sebelum acara saya baru ingat bahwa saya masih menyimpan peplum dress berwarna pink dari Sissae Chic yang saya miliki dari dua tahun lalu – tapi baru saya kenakan sekali saja sewaktu hamil muda.



Sambil mengantar Aura untuk dititipi di rumah orang tua saya, saya langsung mencari peplum dress ini di lemari pakaian adik saya. Taadaa! Senang sekali rasanya seperti menemukan harta karun, karena saya pribadi sangat suka dengan dress ini walaupun sedikit kebesaran di bagian pinggang (pertanda kurusan kah? #ngarep).

Saya memilih rambut half bun untuk siang itu, karena poni saya yang lagi susah di atur.



Peplum dress ini saya padukan dengan slip-on favorit dari Rivieras karena saya sudah tidak memiliki heels cantik, dan tentunya anting dari TAM ILLI yang berbentuk bunga lili. Senangnya karena baju lama pun bisa dipakai kembali dan masih terlihat baru hihihi.


Untuk yang bertanya-tanya, saya sedang berpuasa belanja pakaian dan menjalani minimalist wardrobe selama empat bulan terakhir. Jadi, kalian akan lihat saya memakai barang yang itu-itu saja di post-post berikutnya. Thanks for reading!

Photos by Lizzie Parra

 photo 2016_new-sign_zpsmxppxjue.jpg

Wednesday, September 21, 2016

LOTW: L'OREAL TINT CARESSE POWDER LIPSTIK (PEONY BLOSSOM)

Wah sudah lama banget rasanya nggak bahas tentang lipstik favorit. Terakhir, lipstik yang benar-benar mencuri perhatian saya hanya Lip Coat by Lizzie Parra yang berhasil menduduki peringkat teratas untuk urusan pakai-lipstik-apa-ya-hari-ini. Obsesi saya terhadap Lip Coat by Lizzie Parra berlangsung hingga kurang lebih dua bulan, sampai akhirnya saya baru ingat ternyata masih banyak lipstik lainnya yang menunggu giliran untuk dipakai hihihi.

Dari beberapa merek lipstik yang saya coba akhir-akhir ini, L'Oreal Tint Caresse Powder Lip Cushion B02 Peony Blossom ternyata mencuri perhatian saya begitu saya pertama kali menggunakannya.

Watch: Lip Coat by Lizzie Parra – Complete Swatches & Mini Review 

Sejujurnya saya jarang menggunakan pewarna bibir yang bernuansa peach dan orange, tapi L'Oreal Tint Caresse Powder Lip Cushion yang pertama saya coba warnanya sangat segar, natural dan bibir terlihat sangat sehat. Saya suka sekali dengan tekstur dan rasa di bibir yang seakan-akan tidak menggunakan apa pun.

Di foto ini saya menggunakan Tint Caresse dengan metode ombré untuk hasil yang sangat natural.

Teksturnya seperti bubuk padat, aplikatornya berbentuk bantalan kuas yang bentuknya seperti Beauty Blender versi super kecil. Tint Caresse juga memiliki wangi yang manis dan menyenangkan seperti aroma buah peach.

Surprisingly, lip cushion dari L'Oreal ini cukup tahan lama – asal kan tidak makan yang terlalu berminyak. Selain itu juga transfer-proof, tidak akan Untuk pencinta ombre lips, tentunya mudah sekali untuk membuat gradasi warna bibir dengan menggunakan lip cushion ini.

Powder lipstick terdapat di tutup lip cushion ini.


Hasil akhir dari L'Oreal Tint Caresse Powder Lip Cushion B02 Peony Blossom sangat natural dan tahan lama, saya rasa sangat worth it untuk teman-teman beauty enthusiast yang ingin terlihat segar tanpa riasan yang tebal. Sangat mungkin untuk digunakan sehari-hari karena teksturnya yang seperti bubuk tidak membuat bibir kering.

Tint Caresse jika dipakai penuh pada bibir.

Sayangnya saya belum sempat cek stok dan harganya di counter L'Oreal, tapi dari hasil browsing-browsing harganya kurang lebih seditar IDR 140.000,-. Bagaimana pendapat kalian? Tertarik nggak untuk mencoba L'Oreal Tint Caresse Powder Lip Cushion? Saya yakin warna lainnya juga sama cantiknya dengan Peony Blossom!

Read more: My Holy Grail Lip Care

 photo 2016_new-sign_zpsmxppxjue.jpg

Monday, September 19, 2016

ADULT COLORING BOOK

Saya itu cukup penasaran dengan cara orang menghabiskan me-time sehari-hari, apalagi kalau sesama ibu. Kalau saya menghabiskan me-time dengan berbagai macam cara, mulai dari panggil jasa ke rumah untuk menipedi, pijat, baca buku, ngopi sambil nonton TV (bahkan nonton TV aja udah suatu hal yang mewah untuk saya!), berkebun dan yang terakhir ini adalah.. Mewarnai!

Iya, saya khusus membeli Buku Mewarnai Dewasa atau Adult Coloring Book gara-gara mencoba mewarnai di buku yang pernah sahabat saya bawa ke rumah. Sejak itu saya ketagihan!

Adult coloring book ini jadi tren karena dipercaya dapat mengurangi stres, baik untuk kesehatan dan juga sebagai terapi kesehatan. Kalau dulu buku mewarnai hanya untuk anak-anak, sekarang banyak sekali buku mewarnai dewasa yang dijual dimana-mana.

Sahabat saya, Anya, yang pertama kali memperkenalkan saya dengan Adult Coloring Book.

Akhirnya setelah berpikir selama 7-10 hari (iya, saya kalau mau beli sesuatu mikirnya lama banget karena takut beli sesuatu yang akhirnya tidak perlu), perlu nggak ya, perlu nggak ya, akhirnya saya memutuskan untuk membeli Dream Cities: Colouring for Mindfulness (Rosie Goodwin & Alice Chadwick). 

Alasan memilih Dream Cities dibandingkan buku mewarnai dewasa lainnya, karena saya punya cita-cita ingin traveling keliling dunia dan saya gak bosan melihat kota-kota besar maupun kecil. Selain itu, rangka untuk mewarnai dalam buku ini nggak serumit buku-buku mewarnai dewasa lainnya.


Jika ada waktu luang atau sedang menunggu Aura Suri tidur sore, saya menyempatkan diri untuk mewarnai. Wah, efeknya memang luar biasa sekali. Kadang kalau siang saya sering penat dengan urusan e-mail atau harus elus dada karena Aura belakangan sering marah-marah nggak jelas (yang ternyata penyebab marah-marahnya adalah tumbuh gigi geraham), saya langsung melarikan diri ke dalam buku mewarnai ini.

"Coloring definitely has therapeutic potential to reduce anxiety, create focus or bring [about] more mindfulness," Marygrace Berberian, a certified art therapist and the Clinical Assistant Professor and Program Coordinator for the Graduate Art Therapy Program at NYU (Source: CNN)

Setiap kota yang saya warnai, saya sering terlarut dan tenggelam di dalamnya. Saya jadi fokus, lebih tenang, rileks dan tanpa disadari saya sangat menikmatinya!



Jadi, benarkah buku mewarnai dewasa dapat membantu mengurangi bahkan menghilangkan stres?
Menurut saya, IYA! 

Saya juga beberapa kali mewarnai Adult Coloring Book sambil menemani Aura Suri bermain. Ternyata, Aura juga punya ketertarikan untuk menggambar. Jadi sekalian deh saya membiarkan Aura coret-coret kertas kosong. Saya senang, Aura juga ikut senang dan Aura jadi punya pengalaman main yang baru.

Bagaimana dengan kalian? Share your thoughts, please :)

 photo 2016_new-sign_zpsmxppxjue.jpg

Sunday, September 18, 2016

WEEKLY JOURNAL #17 – BAD DAYS

Jawaban soal hari-hari buruk yang saya alami minggu ini, terjawab sudah! Lega rasanya ketika mengetahui hari-hari tersebut sudah berakhir, energi positif dan semangat pun datang kembali. Buat yang penasaran apa yang terjadi dengan saya, silahkan baca lebih lanjut.

Bagian I – Drama Pertama

Payudara bengkak? Saya kira hanya terjadi ketika seorang ibu memiliki bayi di bawah 6 bulan, bukan bayi berusia 15 bulan. Sebelumnya saya pernah mengalami payudara bengkak hingga demam selama 2 malam. Alasannya karena produksi ASI yang banyak banget, tapi saya nggak sempat mompa. Akhirnya payudara terasa bengkak seperti ada gumpalan di dalamnya. Minggu ini saya mengalaminya lagi, sama parahnya seperti Aura saat berusia 1 bulan – minus demam.

Sore itu, kedua adik saya meluangkan waktu ke Casa Maitreya dan menghabiskan sore di rumah kami. Saya mulai terasa terganggu dengan kondisi payudara kanan saya dan akhirnya meminta adik saya yang sedang kuliah Kedokteran untuk memeriksanya.

“Iya ini mastitis, Kak. Ya harus dipompa, dikeluarin.”

Payudara saya terlihat merah keunguan saat itu, rasanya ngilu sekali. Saya dalam hati ketawa miris, mompa? Breastpump saya masih ketinggalan di rumah mertua saya. Sempat labil mau-mompa-atau-gak, akhirnya saya pesan ojek online untuk buru-buru mengambil breastpump ke rumah mertua. Harusnya sih, bisa nitip mertua saya cariin breastpump-nya. Tapi seingat saya, manual breastpump saya merek Pigeon itu sudah berada dalam tumpukan boks dan sulit sekali untuk mencarinya.

Nggak lama ojek datang, saya langsung memakai jaket parka saya dan pamit dengan orang rumah. Selama perjalanan, supir ojek selalu ‘menghajar’ polisi tidur. Saya nggak nyaman, apalagi payudara kanan saya nyut-nyutan nggak karuan. Sampai akhirnya setelah belasan polisi tidur di ‘hajar’, kami hampir oleng karena sang supir harus ngerem mendadak.

Saya teriak, “Pak! Hati-hati dong! Ini bakal banyak polisi tidur di depan.”

Si supir enteng aja bilang, nggak keliatan polisi tidurnya. Akhirnya supir ojek mengemudi lebih pelan, tetap saja payudara saya nyut-nyutan. Masa saya harus bilang, “Pak! Pelan-pelan kali.. Tete saya lagi bengkak.” Doh!

Sampai di rumah mertua saya, saya langsung lari ke atas untuk mencari breastpump. Ternyata breastpump-nya ada di pantry, mertua saya bilang, “Tau gitu Andra titip Mamah aja. Kasian banget naik ojek malam-malam.”

Saya langsung melipir ke kamar, berusaha memompa dan memijat-mijat payudara yang bengkak. Terasa sekali ada benjolan di dalamnya, sesekali saya berhenti dan memijatnya dengan minyak zaitun. Sakit banget ya Allah! Tanpa sadar mata saya berair karena menahan sakit. Karena pakai breastpump pun nggak terlalu ketara, akhirnya mau nggak mau saya memijat dan mengeluarkan ASI dengan tangan. Habis itu jauuuuuh lebih enakan.

Karena sudah malam, saya memesan Uber untuk kendaraan pulang. Legaan banget sih memang habis dipompa, tapi di rumah harus dipijat dan kompres lagi. Perasaan was-was karena takut demam malah meninggalkan rasa lelah dalam tubuh, akhirnya saya memilih beristirahat seharian di rumah esok hari.



Bagian II – Aura Kenapa?

Hari Kamis, saya menitip Aura Suri di rumah ibu saya karena saya ada meeting di Plaza Senayan. Saya ingin bersantai-santai saat meeting, ngobrol, makan tanpa diburu-buru. Rencana saya kurang berhasil karena ibu saya menelfon beberapa kali dan bilang Aura rewel sekali. Nangis terus dan nggak mau makan. Saat itu pukul 2 siang, akhirnya saya memesan ojek online agar pulangnya nggak kena macet. Mastitis saya menghilang, berkat saya pijat dan kompres setiap 1-2 jam sekali.

Sampai di rumah ibu saya, Aura memang terlihat rewel. Ketika ditawari menyusu, ia menyusu sedikit-sedikit seperti nggak fokus. Semakin sore, semakin rewel. Setelah maghrib ia terus-terusan menangis dan menjerit, ditawarin apa pun nggak mau. Ternyata Aura belum makan dari siang, tapi saya tetap kekeuh nawarin makanan.

Akhirnya karena tak kunjung berhenti menangis, ibu saya menawarkan saya untuk mengantar pulang. Tadinya kasihan kalau Mama nyetirin saya pulang walaupun rumah kami dekat sekali, tapi karena saya super capek dan bingung Aura kenapa, saya mengiyakan.

Sampai di mobil, Aura lebih diam tapi tetap nggak mau menyusu. Akhirnya ia menyederkan kepalanya di dekapan saya, tak lama kemudian ia terlelap. Nggak sampai 1 jam, Aura terbangun dan rewelnya berlanjut. Ia menangis-nangis, tidak mau menyusu. Saya pasangkan lagu-lagu Mother Goose Club favoritnya, baru ia agak tenang dan mulai ceria. Nggak lama kemudian ia menangis-nangis lagi, kali ini ditambah meronta.

Hal yang pertama saya lakukan menelfon suami supaya pulang lebih cepat, lalu mendoakan Aura supaya ia lebih tenang. Didoain, ditimang-timang, digendong diapain aja nggak mau. Diajak jalan marah, digendong meronta-ronta. Hayo loh?

Saya tawari terus untuk menyusu tapi Aura cuma ngeliatin aja. Sesekali ia menempelkan bibirnya ke puting, tapi nggak menyusu. Wah ada yang salah nih dari anak ini. Saya coba hibur terus sampai akhirnya suami saya datang.

Saya sudah terlalu lelah untuk menemani Aura Suri, akhirnya suami yang gantian jagain Aura. Saya sempat ketiduran sangking capeknya, sedangkan suami nemenin Aura main dan nonton televisi di ruang bawah. Hingga jam 22.30 malam, Aura nggak mau menyusu dan tidak mau tidur. Saya pikir, jam segini sudah terlalu larut untuk Aura karena bisa-bisanya ia masih melek dan rewel. Sempat stress juga karena Aura tetap nggak mau menyusu, sampai mikir.. Apa Aura menyapih dengan sendirinya. Sesekali ia tetap menempelkan mulutnya ke puting, tapi lagi-lagi ia tidak membuka mulutnya.

Gong-nya adalah.. Di saat saya ingin menyuapi kurma ke dalam mulutnya. Suapan pertama berhasil, suapan kedua di akhiri dengan jeritan kencang dan tangisan yang luar biasa. Ia meronta-ronta kesakitan. Di situ saya baru sadar bahwa dua gigi gerahamnya sedang tumbuh dan saya ingat kata beberapa orang yang bilang, kalau gigi geraham tumbuh itu sakitnya luar biasa. Anehnya, sewaktu dua geraham bawah Aura tumbuh, ia nggak serewel ini. Hanya susah makan aja.

Sampai jam 23.30 malam, tangisannya makin histeris, tubuhnya meronta-ronta, digendong salah, direbahin guling-guling. Nangissssss jejeritan nggak karuan, bukan seperti Aura yang biasanya. Saya dan suami mulai kebingungan, clueless. Nggak tau harus berbuat apa, bingung harus ngapain.

Kami khawatir sekali karena Aura nggak mau makan dan menyusu sama sekali. Akhirnya saya memompa ASI, ditaruh di gelas dan menawarinya. Ini momen bersejarah banget karena sejak usia 4-5 bulan, Aura selalu menolak ASI perah. Ia menyeruput ASI perah di gelas sedikit demi sedikit, terlihat ia sangat kehausan – tapi tidak bisa menyusu. Lumayan sih, dapat sedikit. Tapi habis itu tangisannya berlanjut.

Saya dan suami mulai frustasi, lelah dan kebingungan harus melakukan apa lagi. Suami langsung berpikir, “Kita coba bawa ke UGD aja yuk.”

Tanpa pikir panjang saya langsung membawa perlengkapan, kali aja Aura harus dirawat inap. Saya lebih baik mempersiapkan the worst scenario dulu, supaya sampai UGD nggak drop-drop amat hahaha. Riweh dan terburu-buru, kami langsung ke mobil untuk menuju UGD di RS terdekat. Lagi-lagi, Aura lebih tenang begitu kami bawa keluar kamar. Wajahnya terlihat lelah tapi juga bingung karena ia tak bisa menyampaikan keluhannya. Jarang-jarang nih, Aura tertidur tanpa menyusu. Akhirnya ia pulas tidur selama perjalanan kami dari rumah ke RS.

Di UGD, dokter langsung memeriksa dan menanyakan beberapa hal yang terjadi hari ini. Aura pulas sekali tidurnya, walaupun malam itu di UGD ada suara tangisan anak kecil yang sedang di infus dekat bilik kami.

Dokter menyarankan untuk memberikan obat paracetamol dan kami boleh pulang, “Masalahnya anak ibu nggak demam.”

Kami akhirnya pulang dengan membawa satu botol obat rasa sirup jeruk yang mengandung paracetamol. Obatnya hanya kami kasih sekali ke Aura, sisanya dipajang di meja makan hahaha. Intinya ya saya simpan aja obatnya, jaga-jaga kalau ia jejeritan lagi. Suster UGD menyarankan untuk menyuapi Aura sirup ini saat ia bangun tengah malam. Tapi kenyataannya, saya nggak kasih malam itu juga.

Kami sampai di rumah sekitar jam 01.15 pagi. Walaupun sudah larut sekali, saya memilih untuk mandi air hangat supaya lebih tenang dan rileks. Air muka saya dan suami sudah lelah sekali, kami diam saja setelah pulang dari RS. Sekitar pukul 2 pagi, Aura terbangun dan saya masih terjaga karena belum bisa tidur. Karena mungkin ia sudah sempat tidur dan sakit giginya sudah mulai berkurang, ia mau menyusu. Saya berdoa terus supaya Aura mau menyusu, paling tidak dengan menyusu ia akan sedikit nyaman. Benar saja, Aura mau menyusu!

Tidak seperti biasanya, Aura menyusu dengan pelan dan lembut sekali. Seakan-akan berhati-hati karena gusinya yang ngilu. 10 menit menyusu, ia kembali terlelap dan saya masih melek seada-adanya. Perasaan kurang enak masih menghantui sampai akhirnya saya tertidur. Mulai dari mikirin betapa capeknya pikiran dan badan saya, mikirin Aura, mikirin film yang saya tonton, mikirin besok gimana..

Bagian III – Ada Lagi, Ada Lagi!

Seharian perasaan saya tidak enak dan tidak nyaman. Saya mulai lesu dan kehilangan semangat. Aura sudah kembali normal, mulai tersenyum dan terlihat asik main sendiri – tapi selera makannya belum kembali normal. Rasa khawatir sedikit menghilang karena ia mau menyusu tanpa penolakan.

Feeling saya seharian kurang enak. Saya mencoba menarik dan menghela nafas berkali-kali, tidak juga berhasil. Saya mengalihkan perhatian dengan membaca buku, tidak berhasil juga. Berdoa, mandi, diam, mencoba tidur, mencoba aktifitas, tetap lesu aja gitu. Akhirnya saya memilih diam, sambil meneliti perasaan apa sebenarnya yang saya rasakan.

Hati dan pikiran saya seperti dihantui rasa khawatir, cemas, ketakutan yang berlebihan – tapi terhadap apa? Saya pun nggak tau.

Siang hari, suami saya mengingatkan bahwa nanti malam kami harus pergi ke pesta pernikahan temannya di Hotel Dharmawangsa pukul 20.30. Sebenarnya sih, cukup malam untuk ukuran saya untuk keluar dari rumah jam segitu apalagi harus membawa Aura Suri. Sekitar pukul 4 sore, suami meminta izin untuk ke rumah orang tuanya karena keperluan mengambil sepatu. Ia sudah pesan Uber Motor untuk mengantar jemput.

Saat suami pergi, saya sedang menemani Aura main di living room. Sambil bersantai-santai sambil menelaah perasaan saya, tiba-tiba suami mengirim pesan via Whatsapp seakan-akan menjawab perasaan nggak enak saya selama 3 hari terakhir.

“Sayang, aku jatoh dari motor ditabrak sama mobil dari belakang.”

ASTAGFIRULLAH! Dengkul saya lemas, jantung bergedup kencang, air mata rasanya ingin keluar tapi nggak bisa. Saya langsung menelfon suami.

“Kamu dimana?”
“Ini aku udah dekat rumah.”
“Kamu kena apanya?”
“Nggak apa-apa, aku kena lututnya sama bahu tapi nggak apa-apa.”

Langsung deh saya bergegas membuka pintu rumah, menunggu suami saya pulang. Seikitar 20 menit saya menunggu di depan rumah, berharap-harap cemas, suami tak kunjung datang. Satu jam berlalu, ternyata yang suami saya maksud ‘rumah’ itu adalah rumah kedua orangtuanya – bukan rumah kami. Haduh, udah bikin saya khawatir plus gemes juga!

Begitu sampai rumah, saya meminta suami untuk menunjukkan semua lukanya dan saya mulai mengompres dengan handuk hangat.

“Pantes deh, feeling aku nggak enaaaaak banget seharian.”

Untungnya nggak ada luka yang serius, cuma dengkul kanan suami lumayan bengkak. Untuk mengurangi bengkaknya, saya memberikan Young Living Oil Lavender + Peppermint + Lemon dicampur dengan virgin coconut oil. Kronologisnya, motor yang ditumpangi Abenk ternyata lagi jalan pelan di daerah Terogong. Ntah gimana, tiba-tiba ada mobil di belakang nyundul motor lumayan kencang hingga Abenk jatuh terpental guling-guling di aspal.

Hebatnya Abenk nih, pas jatuh terpental ia mencoba tidak menahan badannya supaya tidak terlalu sakit. Begitu terjatuh, ia bangun.. Menghela nafas dalam-dalam memeriksa bagian tubuhnya yang luka. Karena Abenk nggak merasa kenapa-kenapa, ia nggak minta ganti rugi sama orang yang nabrak. Lebih sebalnya lagi, yang nabrak itu supir Uber yang kelihatannya lagi teler dan ngantuk. Uber nabrak Uber. Zzz.

Walaupun kondisi lutut dan bahu yang bengkak, sedikit lecet di kaki dan tangan, Abenk masih merasa oke banget jadi kami tetap datang ke pesta pernikahan teman kami. Di sana kami bertemu dengan banyak orang dan mengakhiri malam kami dengan menyenangkan. Walaupun Abenk lumayan kasian sih, tapi ia tetap maksa nyetir sendiri. Yang penting semangat aja, nggak usah dibawa lesu atau bete.

Setelah hari-hari yang melelahkan, akhirnya saya tutup dengan.. Pesan mie aceh Bang Jaly!

Alhamdulillah keesokan harinya, bengkak di lutut Abenk mengempes dan perlahan-lahan membaik. Jadi inti cerita minggu ini: Andra kena mastitis, Aura masuk UGD walaupun cuma sekejap dan Abenk kecelakaan kecil. Sekarang kalau ingat-ingat malah pengen ketawa hehe.

Memang ada ya, masa-masa dimana adaaaa aja cobaan yang datang untuk menguji kesabaran. Saya nggak akan bosan untuk bilang bahwa hal-hal tersebut bisa jadi pelajaran di hari ini dan juga hari esok, agar kita jadi lebih baik dan bersyukur. Seorang teman saya mengingatkan, mungkin saya kurang sedekah. Walaupun saya nggak merasa 'kurang', ada baiknya saya bersedekah lebih banyak lagi :)

Selesai sudah dramanya, akhir pekan ini saya dan keluarga bisa berkumpul kembali dalam keadaan sehat dan bahagia. Thank you for reading my stories, it means a lot to me.

Watch on #JurnalAbenkAlter: Aura Suri Masuk UGD

 photo 2016_new-sign_zpsmxppxjue.jpg

Saturday, September 17, 2016

CASUAL WEEKEND OUTFIT

Saat akhir pekan, saya memilih outfit paling nyaman karena biasanya saya sekeluarga pasti jalan-jalan keluar rumah. Kadang bisa sebentar, kadang bisa seharian penuh. Desain pakaian yang loose, bahannya dingin dan panjang selalu menjadi pilihan saya. Dipadukan dengan celana olahraga dan sendal Birkenstock yang baru saya miliki selama seminggu.

Akhir pekan in, saya sedang rolling tas-tas saya dan memilih tote bag dari Chic & Darling untuk jadi go-to bag karena ukurannya yang besar dan bahan kanvas yang ringan.

Canvas tote bag: Chic & Darling
Top: COTTONINK  // Sandals: Birkenstock in Rose Gold
Watch: Olivia Burton // Photos by Abenk Alter

Friday, September 16, 2016

WEEKLY JOURNAL #16

Are you having a bad day?

Yes!
Dua hari terakhir ini terasa cukup berat, seakan-akan tubuh tak lagi kuat menahan beban pikiran saya.

Mudah sekali untuk membaca tulisan-tulisan lama saya atau membaca buku untuk memotivasi diri sendiri, tapi anehnya, saya memilih berdiam diri untuk menikmati momen-momen hampa ini.

Tomorrow will be better.

Chin up, Andra! xoxo
 photo 2016_new-sign_zpsmxppxjue.jpg

Saturday, September 10, 2016

(ALMOST) ALL WHITE

“When in doubt, wear white!”

Putih adalah warna paling ‘aman’ yang ada di rak pakaian saya dan selalu jadi andalan saat kebingungan harus memakai baju apa. Saya juga lebih nyaman bepergian menggunakan slip-on shoes dibandingkan high heels. Lebih praktis, nyaman dan nggak perlu pegal-pegal keesokan harinya. Kondisi tubuh yang fit jauh lebih penting dari sekedar mati-matian memakai killer heels.


By the way, saya sedang menseleksi pakaian-pakaian, sepatu dan aksesoris yang saya miliki. Seperti saya sangat menikmati minimalist wardrobe selama 4 bulan terakhir ini. Pagi hari jauh lebih mudah karena tak perlu pusing-pusing mikirin mau-pakai-baju-apa-hari-ini dan ternyata punya pakaian sedikit sangat menghemat ruang di rumah ya! Will update soon :)

ATS The Label white tanks // Uniqlo cropped pants // Rivieras leisure shoes // Prada tote bag/ / Massicot earrings // Olivia Burton watch // Lip Coat by Lizzie Parra in Lavender Cream



Photos by Lucedale

Read more: Becoming Minimalist

 photo 2016_new-sign_zpsmxppxjue.jpg

Thursday, September 8, 2016

MY COLLABORATION WITH #COTTONINK17FOR17

Senang sekali bisa berkolaborasi dengan local brand favorit saya, COTTONINK, untuk #CottonInk17for17. Kolaborasi ini diinisiasi oleh dua founder COTTONINK, Ria dan Carline, sekitar bulan Mei 2016 – lebih tepatnya saat kami sedang syuting webseries #IbuIbuHot.

Awalnya para kolaborator diminta untuk coret-coret kasar desain yang kami inginkan – yang tentunya sebisa mungkin menggambarkan kepribadian kami dan juga gaya kami sehari-hari. Sambil menentukan desain, kami juga mulai memilih bahan-bahan untuk desain baju kami.

Prosesnya berlangsung sekitar 2-3 bulan sampai akhirnya bulan Juli kami diminta untuk melakukan photoshoot mengenakan baju desain kami masing-masing. Sesi foto berlangsung sangat fun, kebayang nggak studio ramai dan berisik banget karena banyak banget yang di foto hihihi. Saya dan kolaborator lainnya juga saling memuji dan saling pengen begitu lihat baju desain satu sama lain. Jadi, dari jauh-jauh hari udah kebingungan mau pilih beli baju #CottonInk17for17 yang mana hihihi.

In celebrating independence with 17 influential Indonesian women, COTTONINK presents a special collection of casual day-to-night pieces. This array of clothing exclusively designed for those who want to express their freedom in style.

Saya cukup amazed karena setiap desain memang mencerminkan pribadi masing-masing kolaborator, sampai saya nggak habis-habisnya bilang, “Wah baju ini Aie banget. Yang ini Uchiet banget! Ini sih Ayla banget!”

Untuk desain saya sendiri, berangkat dari keseharian saya yang selalu didominasi pakaian warna putih. Casual, simple, comfortable yet elegant.

Alodita blouse memiliki desain yang simpel dengan sedikit twist di bagian belakang seperti sayap. Blouse ini juga sangat loose dan memiliki oversized fit untuk menggambarkan keseharian saya yang dinamis, aktif dan free-spirit mood.

Saya juga gampang berkeringat, sehingga paling malas pakai baju yang pas badan hihihi. Selain itu bawah blouse ini besar sehingga memudahkan saya untuk menyusui.


Untuk teman-teman yang mau beli Alodita blouse bisa langsung di website COTTONINK (bisa klik di sini) seharga IDR 329.000,-, mumpung sekarang masih ada stoknya hihihi.

Senang sekali bisa berkolaborasi dengan COTTONINK, semoga bisa menginspirasi teman-teman yang lainnya juga ya :)

Read more: Becoming Minimalist

 photo 2016_new-sign_zpsmxppxjue.jpg