Tuesday, August 9, 2016

BABY-LED WEANING EXPERIENCE

Hello! Berhubung banyak yang minta saya menulis pengalaman tentang baby-led weaning akhirnya saya tulis juga. Pertama, sejujurnya saya nggak tau harus memulai sharing ini dari mana karena Aura Suri bisa makan sendiri itu atas dasar kemauannya – bukan diajarin saya atau siapapun. Kedua, saya bukan parenting expert! Hehe tapi saya tetap mau berbagi siapa tau cerita saya akan berguna untuk orang lain, semoga tulisan ini berguna ya :)

Jadi awalnya..

Sebelum Aura Suri masuk ke tahap MPASI (Makanan Pendukung Air Susu Ibu) saya banyak browsing soal spoon feeding dan baby-led weaning. Tentunya, baby-led weaning jauh lebih menarik di mata saya karena metode ini adalah sesuatu yang baru bagi saya. Sebuah ide/metode dimana anak belajar makan sendiri sekaligus melatih motorik dan sensoriknya, eksplorasi makanan, selain itu banyak yang menulis kalau anak baby-led weaning bisa mencegah obesitas.

Saya juga membaca artikel dan tips yang bagus soal baby-led weaning di Babyloania, lengkapnya bisa dibaca disini.



Saya mencari tau banyak sekali informasi dan membaca pengalaman para ibu yang menggunakan metode baby-led weaning. Saya pun mulai sounding ke suami soal baby-led weaning, berharap mendapat dukungan sekaligus supaya suami nggak kaget nanti hehe. Suami pun tertarik setelah mendengar saya ingin Aura Suri menjalani metode baby-led weaning. Kami juga berharap metode ini dapat mengajarkan anak untuk lebih mandiri.

Satu minggu sebelum Aura Suri genap 6 bulan, saya berubah pikiran lagi untuk balik ke spoon feeding dan puree mengingat kekhawatiran kalau nanti pencernaan Aura Suri ‘kaget’ dan takut tersedak jika diberi makanan yang utuh. Akhirnya makanan pertama Aura Suri adalah puree alpukat.

***
Dua Minggu Pertama – Usia 6 bulan



Kalau banyak ibu-ibu yang suka stres anaknya nggak mau makan, sekarang saya udah ngerti rasanya. Dua minggu pertama Aura Suri mulai makan, saya stress berat. Dari yang excited banget untuk nyiapin makanan Aura Suri, sampai akhirnya saya sempat malas-malasan untuk menyiapkan makanan.

Hari pertama Aura Suri mulai makan, nggak ada perasaan bangga atau bahagia. Mood saya jadi drop banget karena selama disuapi Aura malah rewel. Mood-nya kurang bagus, setiap saya ingin menyuapi selalu tidak berhasil.

Begitu pula seterusnya. Setiap saya dan suami berusaha menyuapi Aura Suri dengan sendok, ia malah berusaha menggapai, menarik dan menepis sendok. Ujung-ujungnya saya dan Aura malah jadi bad mood, padahal segala cara sudah kami coba agar Aura mau membuka mulutnya untuk makan.

Begitu saya berhasil menyuapi Aura, Aura terlihat tidak bisa menelan purée. Beberapa kali seperti ingin tersedak atau seperti ingin muntah, lama kelamaan ia mulai menutup mulutnya setiap saya mendekatkan sendok ke mulutnya.

Setiap kejadian seperti ini terjadi, saya jadi bete sendiri karena sudah capek-capek nyiapin makanan (waktu itu belum ada orang yang membantu sama sekali). Akhirnya purée-purée tersebut hanya berakhir di tong sampah.

S.A.Y.A.
S.T.R.E.S.
B.A.N.G.E.T!!!!

Saya benar-benar stress dan kebingungan. Dalam 2 minggu, cuma 1-2x Aura bisa menelan dan terlihat senang saat disuapi. Sisanya ia lebih banyak berontak dan rewel.

Saat itu saya dan Abenk hanya punya waktu 1 minggu untuk mencari solusi yang terbaik, karena kami mau traveling selama kurang lebih seminggu dengan Aura Suri ke Bali. Nah lho, gimana kalau disana ia nggak mau makan?

Sebelum pergi saya beli macam-macam purée siap makan yang dijual di supermarket beserta cemilan. Di rumah saya juga mulai memberikan buah potong agar Aura belajar makan. Alhamdulillah, selama traveling Aura justru nggak rewel. Setiap jam makan, saya menawarkan makanan-makanan yang utuh seperti pisang, papaya, roti gandum. Semakin hari malah semakin pintar dan lancar makannya. Aura terlihat menikmati saat ia bisa memegang makanannya sendiri, paling tidak ada beberapa suap yang bisa ia telan.

Lagi-lagi, purée siap makan yang saya bawa berakhir di tong sampah (karena udah coba disuapin tapi nggak berhasil). Sejak pulang dari Bali, saya nggak pernah lagi memberi Aura makanan bayi berupa purée  Setiap hari Aura makan dengan menu yang saya dan suami juga makan, hanya saja tanpa gula dan garam.

Read more: Our First Travel Experience with Aura Suri (6 Months Old)

***

Usia 9-10 Bulan

Drama pun berlanjut, Aura mulai menunjukkan tanda-tanda bosan dengan apa yang dia makan saat ia menginjak usia 9-10 bulan. Sebelumnya saya selalu kasih makanan yang dikukus atau direbus, ada beberapa yang juga saya olah tapi tanpa gula dan garam. Setiap jam makan, ia terlihat ogah-ogahan.. Makanan hanya dimain-mainin dan dibuang ke lantai.

Saya kebingungan sampai akhirnya saya curhat kesana-kesini, salah satunya dengan teman saya, Prisya. Masih jelas di kepala saya, waktu saya bertemu Prisya di kawinan seorang teman, anak pertama Prisya mengunyah beef wagyu yang disajikan oleh tamu-tamu undangan. Saya kaget setengah mati, nggak pernah liat anak bayi makan makanan seperti orang dewasa! Tangan dan mukanya belepotan, tapi ia terlihat sangat menikmati. Saya berulang-ulang tanya ke Prisya, “Pris, emang nggak apa-apa ya makan daging dimasak seperti itu (beef wagyu)?”

Prisya dengan tenang menjawab, “Nggak apa-apa kok”

Cemilan sore favorit Aura, anggur tanpa biji.
Hahaha saya masih ingat betul, kalau Prisya baca tulisan ini pasti dia juga inget ekspresi saya waktu itu. Kebetulan kedua putra dari Prisya menjalani metode baby-led weaning, jadi saya juga banyak tanya dengan Prisya. Tips supaya anak nggak gampang bosen dengan makanan yang disajikan, ibu harus pintar-pintar berkreasi dan gonta-ganti menu makanan.

Setelah Aura Suri berusia 10 bulan, saya lebih cuek dengan apa yang ia makan. Asal bukan yang terlalu banyak gula dan garam atau deep fried. Aura selalu makan apa yang saya makan. Saya pun jadi pilih-pilih makanan yang sehat supaya bisa dinikmati bersama Aura.

Akhirnya sampai sekarang, Aura suka makan. Semua mau dicoba dan dimakan. Kalau pergi-pergi saya cuma bawa cemilan buah dan biscuit. Selain itu, sejak usia 10 bulan Aura akhirnya bisa disuapi walaupun pakai tangan. Itu juga hanya sesekali saja, karena kebanyakan ia lebih memilih makan sendiri.

***

Usia 13-14 Bulan

Aura pertama kali makan chocolate cake saat ulang tahun pertamanya.

Aura mulai susah makan karena lebih memilih untuk belajar berdiri dan lebih tertarik dengan aktivitas yang lain (bermain, merangkak, memanjat, dll). Setiap duduk di high chair, Aura nggak betah dan kadang malah rewel. Kalau sudah rewel dan mood-nya kurang bagus, jadi susah makan dan ditutup terus mulutnya.

Aura sempat susah makan selama 2 minggu, hanya mau makan kentang dan buah saja. Akhirnya saya mencoba trik baru! Setiap jam makan, saya memangku Aura sambil mencoba makan. Aura akhirnya memilih makanan yang mau ia makan dari piring saya, setelah mulai makan, baru saya pindahkan Aura ke high chair.

Cara ini selalu berhasil dan akhirnya Aura melahap makanannya dengan banyak. Intinya, ia harus melihat saya makan apa, baru deh ia mau ‘ikut’ makan hihihi :)

Update 10/08/2016: Ternyata drama 'mogok makan'nya Aura ada penyebabnya, Aura sedang proses tumbuh 4 gigi geraham atas dan bawah. Sudah 4 hari terakhir, nafsu makannya kembali normal dan Aura tampak ceria seperti biasa! :)

Yahhhh habis deh Ma..




***

Setelah menjalani metode ini dan bertemu banyak orang yang amazed dengan cara makan Aura, saya menyadari beberapa hal yang saya terapkan dan berguna untuk Aura:

  • Beda anak, beda pintar. Setelah bertemu bayi-bayi seumuran Aura, saya semakin sadar bahwa setiap anak punya keunikan dan kepintaran masing-masing. Baby-led weaning bukan hanya metode yang dipilih oleh orang tua, tapi juga oleh anaknya sendiri. Jadi harus lihat-lihat kondisi sang anak juga, kira-kira sanggup nggak untuk makan sendiri. Saya baru ingat, sepanjang saya hamil saya selalu berbicara dengan Aura “Nanti kalau udah bisa makan, makan yang pintar ya nak.”
  • Kids eat what adults eat! Saya sangat suka dengan metode French Parenting, dimana tidak ada makanan yang spesifik untuk anak. Anak selalu makan apa yang dimakan orang tuanya. Banyak yang mengeluh, “Kan kalau makanan orang dewasa banyak gula atau garamnya.” Jangan salahkan makanannya, tapi rubah pola makanmu dengan pola makan sehat seimbang.
  • Makan bersama-sama keluarga di meja makan, bukan sambil menonton TV atau main gadget. Awalnya saya merasa nggak pernah melakukan sesuatu dengan mindful termasuk mindful eating. Sejak dua tahun menikah dengan suami, saya membuat peraturan untuk tidak makan sambil nonton TV atau main gadget. Hal ini jadi kebiasaan tersendiri, Aura kalau makan ya paling sibuk liatin sekelilingnya atau orang tua. Kalau sudah mulai rewel, biasanya kami bernyanyi atau bercanda agar suasana lebih rileks.
  • Buat suasana makan menjadi rutinitas yang hangat dan menyenangkan, bukan jadi pemaksaan. Saat Aura menolak untuk makan, saya nggak pernah memaksa. Tapi saya akan coba menawarinya makanan setelah 1 jam, biasanya kalau Aura lapar ia pasti minta makan.
  • Banyak yang bilang juga, saat fase oral dimana bayi suka memasukkan tangan jari atau mainan ke mulut adalah satu hal penentu anak bisa baby-led weaning atau tidak. Waktu Aura berusia 4-5 bulan ia mulai suka ngemut jempol dan ngempeng (saya nggak percaya kalo orang bilang ngemut jempol bikin gigi anak tonggos), saya gak pernah melarang karena ia sedang belajar self-soothing. Mainan-mainan juga sering masuk mulut, asal diawasi terus. Hal ini mungkin jadi berpengaruh ke cara makan Aura.
  • Kelebihan dari baby-led weaning: Anak jadi bisa eksplorasi makanan dari mulai warna, tekstur dan lain-lain. Anak jadi suka dan menikmati makanan dan waktu makan bersama keluarga. Selain itu nggak perlu repot masak karena bisa makan yang sama dengan orang tua. Anak juga bisa mengukur kapan ia ingin makan atau tidak. Saat kenyang, Aura juga menunjukkan tanda-tanda kenyang dengan cara memainkan makanannya dengan cara gerakan seperti melap meja atau membuang makanan ke lantai.
  • Banyak yang menulis bahwa kekurangannya adalah berantakan. Tapi menurut saya ini bukan kekurangan, malah bagian dari proses baby-led weaning itu sendiri. Kalau nggak berantakan, nggak seru! Siap-siap mengabadikan kelakuan si kecil saat makan, belepotan, bahkan saat ia melempar-melempar makanannya itu . Buat yang takut kalau anak nanti gagging dan choking, selama ini Aura nggak pernah yang kesedak yang parah banget. Pokoknya saat makan harus selalu diawasi.

Kesimpulannya, beda anak juga beda pintarnya. Lihat kondisi ibu dan anak, nggak perlu strict atau ngotot dengan metode tertentu. Banyak teman-teman saya yang menggunakan kombinasi antara metode konvensional dan baby-led weaning, yang penting anak menikmati saat makan.



Semoga tulisan dan video di atas ini berguna dan menginspirasi ya! Kalau ada yang ingin bertanya silahkan langsung tinggalkan komen di bawah, thank you for reading!

Watch more: Parenting Q&A with Andra Alodita & Abenk Alter

 photo 2016_new-sign_zpsmxppxjue.jpg

No comments:

Post a Comment