Ada beberapa hal yang terjadi setelah ulang tahun saya ke 30, yang membuat saya memilih untuk berhenti sejenak dari menulis, berusaha melakukan hal-hal yang saya inginkan, hingga ada hari-hari dimana saya menelaah perasaan dan kejadian yang sedang alami.
Alasan saya tidak menulis cuma satu: nggak mood.
Ntah kreatifitas saya terhambat atau perasaan saya sedang campur aduk, tapi saya memilih untuk tidak memaksa untuk menulis. Saya merasa perlu rehat sejenak.
Satu bulan berlalu, saya mulai mempelajari apa yang terjadi di sekitar saya. Perubahan perspektif, perasaan yang tidak nyaman, hati yang tidak damai, teman yang tidak supportif, merasa tidak mendapat pengertian ekstra dari suami dan masih banyak lagi. Hal-hal ini cukup mengganggu kegiatan saya, susah fokus dan sebagainya.
Berbagai hal positif sudah saya jalani (seperti yang sering saya bagikan lewat blog ini), tapi ntah kenapa.. NGGAK MEMPAN! Hati saya tak kunjung tenang. Leher saya rasanya sering tegang karena terlalu stress mikirin ini itu.
Seseorang yang saya percaya malah berkata.. “Memang itu ada masanya. Nanti juga lewat kok.”
“Gak apa-apa lo sekarang ngerasa gitu, lo lagi capek aja. Mending jalan-jalan gih.”
***
Akhirnya semua perasaan campur aduk saya, pecah beberapa malam yang lalu. Saya mengutarakan semua perasaan saya ke suami, satu-satunya orang yang mungkin bisa mengerti keadaan saya saat ini. Saya menangis. Air mata tak kunjung henti. Hidung mampet. Suara saya bergetar setiap bercerita. Suami mendengarkan dengan simak, mengelus-elus rambut saya sambil berusaha menenangkan perasaan saya yang kacau balau.
“Kamu perlu me-time, kan aku udah nawarin dari kapan. Kamu pergi gih besok atau lusa, Aura Suri titip aku aja. Nggak usah mikirin Aura gimana-gimana.”
Sambil berusaha menenangkan saya yang nangis terisak, suami memijat leher saya yang tegang karena stress berat. Untuk pertama kalinya dalam 2 tahun terakhir, saya tertidur sambil menangis.
***
Kekuatan doa memang luar biasa.
Setelah melewati malam penuh tangisan, saya terbangun dengan lega. Hati rasanya lebih lapang, walaupun stress masih menyisa dalam tubuh saya.
Pelan-pelan menggerakkan tubuh di tempat tidur, saya mengucap syukur karena telah diberi kesehatan, rejeki, selalu dicukupi, keluarga yang juga sehat, rumah yang nyaman, dan lainnya.
Siang itu, saya mencoba menelaah apa saja perasaan yang saya rasakan belakangan ini. Ternyata, saya memendam terlalu banyak cerita sendirian. Pusing mikirin banyak hal, tapi nggak berusaha diskusi dengan suami.
Tapi.. Saya diingatkan lagi oleh perkataan seorang sahabat saya. “Ini ada masa-masanya kok ngerasa seperti ini.”
Memiliki masalah lalu memecahkannya, seperti memecahkan puzzle atau ujian yang sulit. Pada akhirnya, saya diingatkan lagi.. Masa-masa sulit itu pasti ada dan selalu ada. Justru harusnya bersyukur karena kita selalu diberi kesulitan, agar bisa mensyukuri nikmat sekecil dan sesederhana apa pun.
Pada saat tulisan ini ditulis, saya sudah tidak stress lagi. Tapi ternyata ada efek samping, yaitu saya mendadak kurang fit dan demam. Mungkin ini waktunya beristirahat di rumah dengan tenang, menjauhkan smartphone dari jangkauan dan meditasi.
Semoga teman-teman di luar sana juga dalam keadaan yang baik ya, thanks for reading ☺



No comments:
Post a Comment